Sponsor

Friday 12 February 2016

Cerpen Hibernasi



Hasil gambar untuk pemandangan pantai sunset
Add caption

“ Maafkan aku Ham, aku udah bener-bener ga bisa sama kamu,, aku tuh udah terlanjur     mencintai dia, bahkan lebih dari cinta aku ke kamu, maaf ”
            Kalimat yang terdengar sangat menyakitkan bagi Hamdi, ia memang masih sangat mencintai Nadya tapi sayangnya Nadya memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Hamdi karena ia sudah mencintai pria lain.
            Hamdi pun tampak murung hari itu, ia berdiam diri di taman kampus dengan wajah yang sangat lesu, hati nya hancur bagaikan kerupuk diatas bubur. “ Ham, ayu ke kelas udah masuk nih, kalo telat bisa di coret nama lu ama Pa Safrudin” Terdengar Indra mengajak, tapi Hamdi hanya diam saja masih dengan wajah nya yang tak bersemangat
 “ udah ndra lu duluan aja, gua mw disini dulu”
  lu lagi kenapa si, galau lu ya”
“ engga, gua lagi kurang tidur aja, yaudah lu duluan aja sana”
“ ohh yaudah, gua duluan dah” ucap Indra sambil berjalan menuju kelas.
            Hamdi masih tidak habis pikir kenapa Nadya bisa memutuskan hubungannya dengan dia, sebab dia merasa tidak melakukan kesalahan apa-apa, tapi kenapa Nadya malah lebih cinta kepada pria lain. Dari kejauhan terlihat Widya memperhatikan Hamdi dan tak lama kemudian dia menghampiri Hamdi
“ Boleh saya duduk disini mas” Ucap Widya sedikit meledek
Hamdi menoleh kearah Widya, “ ohh boleh silakan aja, kosong ko” dengan sedikit senyum
“ kamu lagi galau mas, ko bengong aja “ tanya Widya
“ hehe, engga ko, so tau nih si mba”
Widya pun tersenyum kearah Hamdi “ udahlah ga usah terlalu banyak mikir entar cepet tua, nih aku bawa teh kotak dari rumah, ini buat kamu satu” dengan menyodorkan tangannya
“ makasih ya” sambil tersenyum.
“ kamu ko disini aja, lagi ga ada kelas?”
“ ada si, tapi entar-entaran lah, kamu sendiri?”
“ ada, ini aku mw masuk, yaudah aku masuk dulu ya,, kamu masuk sana jangan bengong    disini aja nanti kesurupan, hehehe” terlihat meninggalkan Hamdi dengan senyumannya.
            Hamdi kembali sendirian lagi dan ia memutuskan untuk masuk ke kelas, sesampainya ia di kelas ia malah di maki-maki dosen, karena Pa Safrudin memang terkenal killer, “ ngapain kamu masuk, udah sana diluar aja nama kamu udah saya coret, kamu ga usah masuk kelas saya lagi” Ucap Pak Safrudin dengan nada cukup tinggi. Kemudian Hamdi pun tak jadi masuk kedalam kelas, ia kembali ke Taman, disaat ia baru saja duduk di taman tiba-tiba handponenya berbunyi, “kring-kring” ketika dilihat hanya nomer tanpa nama yang menghubunginya, lantas langsung saja ia angkat,
“ Hallo Assalamuailaikum”
“ Wa’alaikum salam, ini Hamdi ya”
“ iyahh, ini siapa ya”
“ ini pak RT, mw ngasih tau kalo Ibu dari nak Hamdi tadi kecelakaan, dan meninggal dunia, nak Hamdi yang sabar ya, sekarang jenazah Ibu nak Hamdi sedang diurusi oleh warga”
            Mendengar hal itu Hamdi tak bisa berkata apa-apa, hpnya pun jatuh seakan dirinya tak bertenaga. Ia pun tampak begitu sedih dan sesekali mengusap air matanya. Lantas ia lekas pulang dan terlihat dirumahnya sudah banyak orang yang sedang membacakan Yassin.
“ Ibuuu, kenapa Ibu tinggalin Hamdi sendiri,Hamdi sekarang udah ga punya siapa-siapa, ayah udah ga ada, sekarang ibu juga pergi” Ucap Hamdi sambil memeluk erat jenazah Ibunya. Warga tampak menenangkan Hamdi begitu juga Indra yang baru saja datang. Setelah proses pemakaman satu-satu warga meninggalkan Hamdi sendiri dan hanya tinggal Indra saja seorang yang menemani.
“ Ham lu harus sabar, gua yakin elu tuh kuat Ham”
Hamdi tampak diam saja, menahan kesedihan dan kepahitan yang bertubi-tubi,
“ udahlah, masa cowo kaya lu nangis si, kan lu tau kalo orang meninggal itu harus di ikhlasin” Ucap Indra meneruskan
“ haaaahhhhhhhhh,,, I had God” Hamdi teriak dengan menoleh kearah Indra
“ lu enak tinggal bilang sabar-sabar aja, tapi gua, gua yang ngerasain semua, entah kenapa beberapa hari ini gua dipukul oleh beberapa ujian, mulai dari di tuduh maling, di putusin Nadya, dicoret Dosen, dan gua bisa tahan dengan itu semua, tapi kali ini gua ga kuat Ndra, orang tua gua yang tinggal satu-satu nya sekarang udah pergi meninggalkan gua”
“ gua paham Ham apa lu yang lu rasain, tapi lu ga boleh kaya gini, sampai-sampai lu mengatakan hal yang tidak seharusnya lu ucapakan, istighfar Ham” Indra kembali menasihati,
Dan terdengar suara pelan dari mulut Hamdi mengucapkan Istighfar.
            Setelah saai itu Hamdi selalu murung, seakan semua semangat kehidupannya telah mati. Ia seakan tertidur dan lebih nyaman dengan mimpi-mimpinya yang begitu indah, tulisan-tulisan dan puisi-puisinya sudah jarang terlihat di mading kampus. Ia lebih memilih menyendiri. Hatinya semakin pupus ketika ia sedang termenung di kantin kampus, ia melihat Nadya mantan pacarnya bermesraan dengan pacar baru nya. Ia lekas pindah dari kantin menuju taman.
            Hari-hari ia lalui dengan semangat yang tertidur, kepedihan, juga kepahitan. Ia lebih banyak diam tidak seperti biasanya dan sudah hampir sebulan ia bersikap seperti itu. Dan sudah hampir sebulan pula Widya terlihat memperhatikan Hamdi di setiap tingkah lakunya. Kemudian ketika Hamdi sedang termenung ditaman tempat biasa ia termenung, Widya tampak menghampiri.
“ sampai kapan kamu mw kaya gini terus” Hamdi pun menoleh kearah Widya
“ maksud kamu apa?” jawab Hamdi
“ udah lah Ham, ga usah sembunyi dari kesedihan, udah hampir sebulan setelah ibu kamu meninggal aku perhatiin kamu tuh kaya manusia tak bernyawa, ga ada semangatnya sama sekali, ga enak tau diliatnya”
“ emang nya siapa yang suruh kamu perhatiin aku “ terlihat jutek
“ aku tuh peduli sama kamu, tapi kamunya aja yang ga pernah menganggap aku ada”
“ hah, peduli,, emang nya masih ada orang yang peduli sama gua,, engga ada, elu dan yang lain tuh cuma so peduli aja sama gua, ga pernah ada yang tulus” Hamdi dengan nada yang cukup tinggi, hingga beberapa mahasiswa lain yang ditaman menoleh kearahnya
“ ishh, kamu tuh bener-bener yah,,” ucap Widya dengan sedikit sakit hati menandakan langkah  cepat nya meninggalkan Hamdi.
            Beberapa hari kemudian, di rumahnya Hamdi tampak menyesali perbuatannya terhadap teman-teman nya, khususnya Widya dan Indra. Ia menyadari bahwa ia menjadi bukan ia di kemarin-kemarin. Ia benar-benar sangat menyeali bahkan sampai meneteskan air mata. Disaat itu tiba-tiba saja pintu rumahnya terketuk ia langsung membuka pintu, dan ternyata yang datang adalah Widya dengan membawa buah-buahan untuk Hamdi.
“ Assalamualaikum” ucap Widya sambil tersenyum
“ Waalaikum salam, si si silahkan masuk” jawab Hamdi sedikit terkejut, karena Ia mengira Widya marah kepadanya
“ Kamu baik-baik aja ham?”
“ baik, alhamdulillah,, aku kira kamu”
“ marah gituh sama kamu” ucap Widya memotong kalimat yang belum selesai
“ sebenernya si aku sempet sakit hati pas kejadian di taman itu, tapi yaa aku maklumi lah, kondisi psikologis kamu saat itu kan lagi kacau” jelasnya sambil tersenyum dan membuka buah jeruk untu Hamdi
“ hhmmm, aku minta maaf yah, bener apa yang kamu bilang kemarin-kemarin itu aku lagi bener-bener strees dan lepas kontrol” ucap Hamdi memelas,
“ iyah aku maafin” jawab Widya sambil menyuapi sebuah jeruk ke mulut Hamdi
“ mungkin kalo aku baru kenal kamu, aku pasti udah ga mw kenal kamu lagi, aku tuh tau kamu gimana, kamu tuh sebenernya anak yang baik, aktif, dan cerdas, aku sering baca tulisan-tulisan dan puisi-puisi kamu,, bagus-bagus ko, juga aku sering perhatiin sikap kamu diorganisasi Mahasiswa yang cukup mendominasi, aku tuh tau kamu kaya gimana, dan kemarin-kemarin tuh aku seperti tidak melihat kamu dalam diri kamu, tidak semangat, rentan marah. Emang nya kamu mw di jauhi ama temen-temen yang lain,, sayang-sayang bakat-bakat kamu itu kalo kamu sampai dibenci” Ucap Widya menasihati
“ iyah, aku bener-bener nyesel udah bersikap sepert itu, seakan aku tuh seperti orang yang tidak memiliki tuhan, padahal aku masih punya allah,, dan kamu” sambil tersenyum
“ loh ko ada akunya si, harusnya tuh ga Cuma aku tapi semua sahabat kamu” dengan wajah yang menggemaskan
“ tapi kamu tuh lebih perhatian dari yang lain tau ga, bahkan dari pacar aku sendiri”
“ emang kamu punya pacar” sambil menaikan alis kirinya
“ udah engga, hehehe” jawab Hamdi
“ yaudah, ga ada guna nya kalo cuma nyesel aja, aku minta secara pribadi ke kamu, kamu harus kembali seperti dulu, bersemangat, aktif dan cerdas. Dan juga tentang tulisan-tulisan kamu, aku ada link ke salah satu penerbit buku, aku mw kamu coba kirim deh tulisan-tulisan kamu kesitu” Ucap Widya sambil memeluk Hamdi, Hamdi pun sedikit terkejut dan hatinya yang sudah lama tertidur kini kembali terbangun.
            Setelah itu Hamdi kembali bersemangat dalam hal kuliah, menulis dan berorganisasi. Dosen yang dulu mencoret namanya kini sudah membolehkannya kembali masuk, tulisan-tulisannya kini sudah sering lagi hadir dimading kampus. Dan ia pun mencoba mengirimkan tulisan-tulisannya itu ke penerbit buku yang disarankan oleh Widya. Sekali ia ditolak, ia mencoba mengirimkannya lagi sampai akhirnya novel karyannya diterima dan akan diterbitkan. Ia sangat senang sekali saat itu.
            Akhirnya tiba waktunya launching novel pertamanya, dengan dihadiri sahabat-sahabatnya dan beberapa wartawan kampus juga tentunya Widya. Hamdi tampak sangat senang dan bahagia sekali, ternyata apa yang ia impikan bisa tercapai bahkan sebelum ia wisuda. Dan setelah acara launching, sahabat-sahabat mulai memberikan ucapan selamat dan wartawan kampus pun mewawancarainya.
“ wihhhh men selamet ya,, temen gua udah resmi jadi penulis sekarang,, gua rasa novelnya itu berisi kisah cinta lu yang sering kandas ya, hehehe” ucap Indra memberikan selamat sambil meledek
“ Hamdiiii, selamat ya kamu udah jadi penulis buku sekarang” Widya yang terlihat berlari kecil dari kejauhan dang langsung memeluk Hamdi.
“ andai aja kedua orang tua gua masih ada, pasti mereka bangga banget sama gua” ucap Hamdi dengan mata yang berkaca-kaca
“ mereka pasti bangga men di alam sana, gua yakin” sambung Indra sambil menepuk pundak Hamdi.
            Akhirnya Hamdi mengajak Widya kesalah satu tempat yang sangat indah, yaitu pulau tidung,, Hamdi bilang sebagai tanda terimakasih dia ke Widya, tadinya ia juga mengajak Indra tapi sayangnya Indra tidak bisa.
            Sore hari di pantai, Hamdi dan Widya tampak asik bermain air dan tak lama kemudian mereka berdua duduk di tepi pantai sambil memandang kearah senja yang tampak mempesona.
“ sekali lagi selamat ya Ham, atas kesuksesannya” ucap Widya dengan menyenderkan kepalanya ke bahu Hamdi
“ ini semua juga karena kamu kali Wid”
“ karena aku?” widya tampak keheranan
“ kalo diibaratkan aku tuh bagaikan seekor beruang yang sedang berhibernasi karena datangnya musim dingin, dan kamu adalah musim semi yang datang untuk membangunkan ku dari tidurku, juga melenyapkan kedinginan yang begitu dingin dari duniaku, kau gantikan dengan bunga-bunga dan sinar matahari yang terlihat begitu indah” Widya hanya tersenyum kearah Hamdi
“ dan satu lagi Wid, aku baru sadar bahwa orang yang aku cari selama ini ternyata ada didekat aku, sahabatku sendiri,, yaitu kamu. Aku cinta sama Wid, aku sayang dan aku mw kamu tetap disisiku sampai nanti, apakah kamu mw menjadi kekasih aku?”
Ucap Hamdi sambil memandang kearah Widya,Widya pun menoleh kearah Hamdi dan mereka saling bertatapan,,,, dan akhirnya Widya kembali memeluk Hamdi
“ aku juga cinta sama kamu Ham, aku mw jadi kekasih kamu”
Dan akhirnya musim dingin yang memaksa sang beruang berhibernasi kini telah berganti menjadi musim semi yang membangunkan sang beruang dengan pesonanya,, dan senja di tepi pantai menjadi saksi kesatuan antara sang beruang dan musim semi.